Tampilkan postingan dengan label ttg islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ttg islam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Mei 2019

Mengajari anak berkebutuhan khusus utk berpuasa





Sebagai umat muslim puasa di bulan Romadhon merupakan kewajiban yg wajib dilaksanakan..karena puasa salah satu rukun islam ..selain shahadat,sholat ,zakat dan naik haji.

Oleh sebab itu wajib bagi orang tua utk mengajarkan anak2 nya utk melakukan ibadah wajib sedari mereka kecil..agar kelak mereka terbiasa dan paham bahwa ibadah2 tsb wajib dilaksanakan bagi kaum muslim

Merupakan tantangan tersendiri mengajarkan anak dg kebutuhan khusus utk melakukan ibadah2 tsb..karena umumnya anak2 itu belum paham mengapa mereka harus melakukan itu semua..sehingga byk yg ga mau konsisten..ngambek..dll .Anak yg normal pun suka begitu juga kan tp mereka lbh cpt mengerti bila diberitahu.

Hukum bagi anak ABK ini sebenarnya tidak wajib karena kondisi mental mereka yg tidak/belum paham..walaupun usia mereka sudah masuk usia wajib melakukan akan tetapi kemampuan mental mereka dibawah usia biologisnya..sehingga mereka tidak dikenai kewajiban sebagaimana anak2 kecil usia balita ataupun manula yg sudah pikun..terdapat sebuah hadis ttg hal ini..

رفع القلم عن ثلاث عن النائم حتى يستيقظ وعن الصغير حتى يكبر وعن المجنون حتى يعقل أو يفيق
 Pena catatan amal diangkat (amalnya tidak dicatat) untuk tiga orang: orang yang tidur sampai dia bangun, anak kecil sampai dia balig, dan orang gila sampai dia pulih atau berakal .” (HR An-Nasa'i dan Abu Daud; oleh Al-Albani)


Read more https://konsultasisyariah.com/5396-shalatnya-orang-yang-pikun.html


Akan tetapi bila ABK ini dibiasakan mengenal perintah agamanya ..Insya Allah perkembangan mental mereka akan membaik..mereka akan lebih paham karena proses latihan terus menerus akan membentuk kebiasaan rutinitas sehingga bila tidak melakukan seperti ada yg kurang dlm diri nya..itulah yg diharapkan..misalnya dibiasakan setiap dengar adzan langsung ambil wudhu dan sholat..demikian juga saat bulan Romadhon dikondisikan..bangun sahur..tidak makan minum hingga maghrib..lalu bila maghrib tiba disegerakan utk berbuka.

Memang awal pembiasaan ini agak berat  mungkin minggu pertama masih susah..tapi ketika minggu kedua dst sudah nyaman terbiasa dan enjoy. .bahkan pd anak saya..tahun kemarin saat diperjalanan tetap berpuasa walaupun disuruh "mokel"(jw) / batal ttp gak mau..

Pengalaman saya melatih ABK sy berpuasa dg bertahap..sy memulainya saat masuk TK..sebelum itu sy masih membebaskan krn mmg dia blm paham sama sekali..jd ya spt umumnya anak2 balita tidak berpuasa..tp saat mulai masuk sklh islam..mulai dikenalkan..gak boleh bw bekal...disekolah tdk mkn dan tdk minum..tp saat pulang sekolah baru boleh sekitar jam 12 dan pagi nya sarapan jam 7 sebagai sahurnya ..saat SD meningkat jam 1 bukanya sahurnya ttp jam sarapan...kls 3 pagi sarapan disekolah puasa buka jam 1makan dan minum saat pulang tapi disambung lagi puasa sampai maghrib..sampai SD kls 5 anak saya begitu saat SD kls 6 baru mulai ikut sahur dg mudah bangun sahur tanpa penolakan dan buka hingga maghrib..alhamdulillah sdh dilaksanakan selama 5th terahir ini..
Saat berpuasa rumah dikondisikan bersih dr makanan..dan mmg tugas kita jadi bertambah karena menjaga dia agar tidak ambil minum di kulkas atau cari2 makanan...jadi kita lihatin jagain terus...bahkan mandi pun nunggu buka dulu saya baru mandi sore..krn takut dia ambil makanan yg udah disiapkan utk berbuka...Alhamdulillah sekarang sdh lebih mengerti..tapi ttp msh harus waspada...kl mau ditinggal mandi dia diberi pesan dulu agar jgn ambil mkn minuman dia bilamg ok baru mandi..😀

Semoga kita tetap istiqomah dalam membiasakan dan melatih anak2 kita terutama ABK kita ..dan suatu saat kelak kita akan memetik hasil nya yg manis buah dari kesabaran kita...Aamin Yaa Robbal 'Alamiin..

Selamat menjalankan Ibadah Puasa Romadhon 1440 H 🙏😊


Kamis, 28 Maret 2019

JILBAB -Sebuah Proses dalam berHijrah

Hijrah artinya adalah pindah...waktu itu Rasulullah saw pindah dari Mekkah ke Madinah utk menyebarkan islam...utk saat ini kita acapkali menyebut Hijrah adalah sebuah perubahan ke arah yg lebih baik dalam kerangka spiritual...menjadi lebih dekat pd Allah..lebih mendalami Islam...lebih belajar menjalankan perintahNya...dll

Rasa keinginan utk hijrah itu muncul dalam hati..yg lazim disebut Hidayah...suatu rasa saat kita ingin menuju ke arah lbh baik...suatu rasa yg berasal dari Sang Kholik pd hambaNya yg terpilih..

Rasa itu tiba2 datang...atau mgkn tidak tiba2 tapi melalui proses dulu lewat jalan yg berliku dulu..atau tidak berliku...mgkn lewat sesuatu yg kita lihat dengar atau temui..saat nalar kita menangkap dan memikirkannya...atau mgkn lewat sebuah mimpi...saat antar dimensi dalam kehidupan kita lewati...entahlah...semua itu rahasia Ilahi...maka bisa kita sebut bagi hambaNya yg terpilih...yg dikehendakiNya...yg tidak ya ...mgkn dibiarkan saja dalam kesesatan...

Saat kita tahu ada jalan yg bagus ..tp kita gak mau lewati jalan itu malah berputar2 dijalan yg becek dan berdebu ..ya..mgkn Allah belum bukakan hatimu utk melalui nya...tp ketika hatimu berfikir ttg jalan itu trs mencoba mencari mgkn lewat googel map atau bertanya pd seseorang...berarti Allah sdh membuka sedikit celah dihatimu...maka tinggal selangkah lagi pasti ketemu dg jalan yg bagus itu..tap bila udah tau ada jalan bagus...kamu acuhkan saja petunjuknya hingga berputar2 dijalan yg becek dan tersesat...ya itu salah kamu sendiri...bila sudah dikasih tau seseorang dan kamu acuhkan saja..hingga kamu terperosok..ya jangan salahkan orang lain...

Bila kamu tahu ada jalan bagus tapi mgkn jauh kamu panggil taxi utk kesana lewat jalan itu utk merasakanya melalui nya maka itulah yg disebut menjemput Hidayah...
Kadang Hidayah itu lama datangnya...bila kita tau sebuah kebenaran tapi masih berputar2 dijalan yv salah..apakah kita ingin lebih pusing lg utk berputar2 kenapa kita tidak berusaha menuju yg benar itu..???
Begitulah analoginya...

Jilbab..hijab..adalah merupakan salah satu perintah Allah..yg tertuang dlm Alquran  

Allah subhanahu wata’ala berfirman, يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلاَبِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Ahzâb:59)

Sedangkan Allah Ta’ala berfirman, يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS. at-Tahrîm:6)
  
Perintah itu wajib kita jalankan...tidak ada alasan lain...maka bila belum ada keinginan utk itu maka adakan ...jemputlah.hidayah itu...karena itu KEWAJIBAN.. tidak usah dan tidak perlu ditunggu ...sebagai mana kita wajib byr pajak bila tidak bayar maka didenda dihukum...demikian juga dhg berjilbab bila tidak memakainya kita akan dihukum di akhirat kelak.  Naudzubillahimindzalik...

Jika Allah masih sayang dengan hambaNya pasti Allah akan mengingatkan bila hamba yg disayanginya ini tersesat..pasti skan "disentil.."
Dengan melalu cobaan2 dlm kehidupan.. entah itu  berupa penyakit ..kesulitan ekonomi...dan berbagai macam kesulitsn lainnya..
Saat itulah Allah ingin menguji apakah hambanya ini masih ingat padaNya masih ingin pertolonganNya..apakah hambanya ini lantas berpikir apakah ada yg salah dlm diriNya....sudahkan semua perintah Allah dijalankan..?

Bila Allah tidak sayang pasti akan dibiarkan dia dlm kesenangan dan kesesatan tidak diuji sama sekali. Lalu bila hari kiamat langsung dihukum dlm neraka...
Maka bersyukurlah kita krn masih "disentil" krn kita msh tetap ingat pdNya...

Wallahu a'lam bishowab

Baca juga Pengalamanku saat pertama kali memakai jilbab
Lihat disini https://myrainbow-myrainbow.blogspot.com/2019/03/ketika-keinginsn-berjilbab-itu-datang.html?m=1




Minggu, 27 Maret 2011

SEBAB-SEBAB TURUNNYA REZEKI

Diposkan oleh Bermanfaat Bagi Yang Lain di 17:23 . Sabtu, 13 Maret 2010
Akhir-akhir ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rizki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Begitu pula berbagai problem kehidupan, mengatur pengeluaran dan kebutuhan serta bermacam-macam tuntutannya. Sehingga masalah penghasilan ini menjadi sesuatu yang menyibukkan, bahkan membuat bingung dan stress sebagian orang. Maka tak jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai. Akibatnya bermunculanlah koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggal kan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan uang atau alasan kebutuhan hidup.

Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya sebab-sebab yang dapat mendatangkan rizki dengan penjelasan yang amat gamblang. Dia menjanjikan keluasan rizki kepada siapa saja yang menempuhnya serta menggunakan cara-cara itu, Allah juga memberikan jaminan bahwa mereka pasti akan sukses serta mendapatkan rizki dengan tanpa disangka-sangka.

Diantara sebab-sebab yang melapangkan rizki adalah sebagai berikut:

Takwa Kepada Allah

Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan menjadikannya terus bertambah. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya.” (At Thalaq 2-3)

Setiap orang yang bertakwa, menetapi segala yang diridhai Allah dalam segala kondisi maka Allah akan memberikan keteguhan di dunia dan di akhirat. Dan salah satu dari sekian banyak pahala yang dia peroleh adalah Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dalam setiap permasalahan dan problematika hidup, dan Allah akan memberikan kepadanya rizki secara tidak terduga.
Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah di atas, "Yaitu barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya.”

Allah swt juga berfirman, artinya,
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. 7:96)

Istighfar dan Taubat

Termasuk sebab yang mendatang kan rizki adalah istighfar dan taubat, sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh Alaihissalam ,
“Maka aku katakan kepada mereka:"Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun" niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. 71:10-12)
Al-Qurthubi mengatakan, "Di dalam ayat ini, dan juga dalam surat Hud (ayat 52,red) terdapat petunjuk bahwa istighfar merupakan penyebab turunnya rizki dan hujan."

Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-Bashri, maka beliau berkata, "Beristighfarlah kepada Allah", lalu ada orang lain yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah". Ada lagi yang mengatakan, "Mohonlah kepada Allah agar memberikan kepadaku anak!" Maka beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah". Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang, beliau pun juga menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah."
Maka orang-orang pun bertanya, “Banyak orang berdatangan mengadukan berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar beristighfar." Beliau lalu menjawab, "Aku mengatakan itu bukan dari diriku, sesungguhnya Allah swt telah berfirman di dalam surat Nuh,(seperti tersebut diatas, red)

Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar yang demikian tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana yang diharapkan.

Tawakkal Kepada Allah

Allah swt berfirman, artinya,
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. 65:3)
Nabi saw telah bersabda, artinya,
"Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rizki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rizki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang." (HR Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)

Tawakkal kepada Allah merupakan bentuk memperlihatkan kelemahan diri dan sikap bersandar kepada-Nya saja, lalu mengetahui dengan yakin bahwa hanya Allah yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan. Segala yang ada di alam berupa makhluk, rizki, pemberian, madharat dan manfaat, kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, kematian dan kehidupan dan selainnya adalah dari Allah semata.

Maka hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh al-Imam Ibnu Rajab, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat, menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah serta merealisasikan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada yang mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.

Silaturrahim

Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahim merupakan salah satu sebab terbukanya pintu rizki, di antaranya adalah sebagai berikut:
-Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, artinya,
" Dari Abu Hurairah ra berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung silaturrahim." (HR Al Bukhari)
-Sabda Nabi saw, artinya,
"Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, " Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu yang engkau harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan memperpanjang umur." (HR. Ahmad dishahihkan al-Albani)
Yang dimaksudkan dengan kerabat (arham) adalah siapa saja yang ada hubungan nasab antara kita dengan mereka, baik itu ada hubungan waris atau tidak, mahram atau bukan mahram.

Infaq fi Sabilillah

Allah swt berfirman, artinya,
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. 34:39)

Ibnu Katsir berkata, "Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah) akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan balasan di akhirat kelak."

Juga firman Allah yang lain,artinya,

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. 2:267-268)

Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman, "Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku akan berinfak kepadamu." (HR Muslim)

Menyambung Haji dengan Umrah

Berdasarkan pada hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Ibnu Mas'ud Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, artinya,
"Ikutilah haji dengan umrah karena sesungguhnya keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana pande besi menghilangkan karat dari besi, emas atau perak, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga." (HR. at-Tirmidzi dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani)
Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan umrah, dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut dengan melakukan ibadah haji.

Berbuat Baik kepada Orang Lemah

Nabi saw telah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rizki dan pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada orang-orang lemah, beliau bersabda, artinya,
"Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rizki melainkan karena orang-orang lemah diantara kalian." (HR. al-Bukhari)
Dhu'afa' (orang-orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam, ada fuqara, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar, hamba sahaya dan lain sebagainya.

Serius di dalam Beribadah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya,
"Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu."
Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan raga dalam beribadah, tunduk dan khusyu' hanya kepada Allah, merasa sedang menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa dirinya sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit dan Bumi.

Dan masih banyak lagi pintu-pintu rizki yang lain, seperti hijrah, jihad, bersyukur, menikah, bersandar kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan, istiqamah serta melakukan ketaatan, yang tidak dapat di sampaikan secara lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini. Mudah-mudahan Allah memberi kan taufik dan bimbingan kepada kita semua. Amin.

( Sumber: Kutaib “Al Asbab al Jalibah lir Rizqi”, al-qism al-ilmi Darul Wathan. )

Selasa, 01 Februari 2011

KELUARGA SAKINAH-KELUARGA KAYA

Keluarga Sakinah, Keluarga Kaya
Setiap dari kita tentunya mendambakan sebuah keluarga yang ideal. Dalam Islam, keluarga ideal ini seringkali digambarkan sebagai keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Atau keluarga yang tenang (sakinah), penuh cinta (mawaddah), dan dirahmati Allah (rahmah).

Berbicara masalah rumah tangga sakinah, ada banyak cirri-cirinya. Dalam tulisan ini kita akan bahas ciri rumah tangga sakinah berdasarkan salah satu hadits Rasulullah SAW. Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa kebahagiaan seorang kepala keluarga didapat dengan 4 hal. Artinya, ada empat ciri umum rumah tangga yang sakinah. Yaitu rumah yang luas, kendaraan yang baik, istri yang sholehah, dan rezeki yang halal dan baik.


Kalau kita lihat keempat ciri tersebut dari kaca mata keuangan, keluarga sakinah adalah keluarga yang kaya. Baik itu kekayaan materi dalam arti harta, maupun kekayaan batin. Dan kekayaan harta yang dimiliki, bukan hanya sekedar banyak saja, tapi juga kekayaan yang halal. Halal dzatnya dan halal pula cara perolehannya.



1. Rumah yang luas

Banyak yang memahami bahwa rumah yang luas adalah rumah yang memberikan kelapangan bagi penghuninya. Lapang dalam arti memberikan rasa tenteram dan nyaman. Yang dalam istilah asing sering kali kita dengar rumah yang bisa disebut sebagai home bukan cuma house. Rumah yang dirindukan untuk segera pulang, bukan dihindari dengan berlagak lembur di kantor.

Namun ada juga yang memahami bahwa rumah yang luas ini adalah luas atau besar secara fisik. Karena, ajaran Islam akan rumah yang baik adalah rumah yang bisa menampung semua anggota keluarga dan tamu atau kerabat yang menginap. Ini berarti rumah tersebut setidaknya memiliki beberapa kamar terpisah masing-masing untuk orang tua, anak laki-laki, anak perempuan, pembantu rumah tangga, dan kamar untuk tamu.

Dan rumah tadi bukan cuma sekedar rumah untuk ditinggali tapi juga rumah yang dimiliki sendiri. Hal ini yang dipahami oleh para fuqoha bahwa rumah yang dimaksud adalah rumah milik sendiri, bukan rumah sewaan. Tentunya dalam hal ini dapat dimengerti karena tidak akan bisa tenang (sakinah) selamanya kalau rumahnya hanya sewaan dan sewaktu-waktu bisa diminta untuk pindah.

Selain itu, rumah yang baik bukan cuma milik sendiri dan secara fisik besar atau luas serta nyaman dan memberikan rasa tenteram untuk ditinggali. Rumah yang baik juga harus terletak di lingkungan yang baik pula. Ini merujuk kepada hadits nabi SAW:

“Dari Nafi’ bin Harits ra., ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘merupakan kebahagiaan seseorang adalah tetangga yang shalih, kendaraan yang menyenangkan, dan rumah yang besar’ ” [HR. Ahmad]

Jadi, keluarga sakinah adalah keluarga yang memiliki sendiri, bukan sekedar menyewa, rumah yang besar secara fisik, lapang dan nyaman untuk ditinggali dan terletak di lingkungan yang baik. Kalau merujuk pada kondisi sekarang, rumah dengan beberapa kamar dan berada di lingkungan yang baik tentunya memiliki harga yang tidak murah. Atau kalau kita lihat dari sudut pandang keuangan, dapat dikatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang kaya.



2. Kendaraan yang baik

Kendaraan yang baik juga menjadi salah satu ciri keluarga sakinah. Dengan adanya alat transportasi, setiap orang bisa dengan leluasa pergi ke tempat yang ditujunya. Mobilitas ini diperlukan untuk memudahkannya dalam beraktifitas. Mobilitas untuk bekerja, untuk silaturrahim, dan mobilitas untuk berdakwah.

Dan pada zaman sekarang, mobilitas bukan cuma dapat diartikan dengan alat transportasi saja, melainkan juga alat komunikasi. Karena alat komunikasi bisa menggantikan fungsi alat transportasi. Tidak perlu berada secara fisik di suatu tempat untuk menyampaikan sesuatu. Karena teknologi komunikasi dewasa ini memungkinkan pengiriman pesan, baik suara ataupun gambar ke seluruh penjuru dunia.

Sekali lagi kita lihat bahwa ciri keluarga sakinah, ditinjau dari aspek finansial, adalah keluarga yang kaya. Yaitu keluarga yang punya kendaraan sendiri dan memiliki alat komunikasi yang baik.



3. Istri yang sholeh

Ada banyak gambaran yang menjelaskan seperti apa itu istri yang sholeh. Namun dalam pembicaraan yang berkaitan dengan keuangan ini, mungkin ada satu hadits yang tepat dalam menjelaskannya:

“Tidaklah seorang mukmin memohon sesuatu yang bermanfaat baginya setelah takwa itu lebih baik daripada istri yang sholehah, yaitu istri yang taat ketika diperintahkan, menyenangkan ketika dipandang, berbuat baik ketika bersumpah, serta dapat menjaga diri dan memelihara harta ketika suami tidak ada di rumah” [HR Ahmad]

Kalau dilihat dari kacamata keuangan, salah satu ciri istri yang sholeh adalah istri yang bisa menjaga kehormatan dan harta suami yang diamanahkan kepadanya. Dan satu cirinya lagi adalah istri yang punya sifat qana’ah, yang merasa cukup walau dengan yang sedikit dan tidak merasa berlebih dengan yang banyak.

Tentunya keshalihan ini bukan cuma tuntutan bagi istri, namun juga bagi suami. Karena Rasullah saw pun pernah bersabda bahwa wanita baik-baik hanya untuk laki-laki baik-baik pula. Pasangan suami-istri yang shalih dapat menjaga hartanya dari perolehan, pengembangan dan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan syariat.

Kalau dua ciri pertama dari rumah tangga sakinah adalah mengenai kepemilikan harta, maka ciri yang ketiga ini adalah masalah perilaku pemiliknya dalam menjaga dan mengelola harta. Sikap amanah, tidak boros dan bersifat pertengahan dalam mengelola keuangan keluarga. Karena percuma saja harta yang berlimpah jika pemiliknya tidak amanah. Harta menjadi tidak berarti bagi kepentingan umat, dan bukan tidak mungkin menjadi sangat rapuh dengan kemegahan dan foya-foya.



4. Rezeki yang halal dan thoyib

Sudah tidak perlu diperdebatkan lagi, kekayaan keluarga sakinah haruslah berasal dari rezeki yang halal lagi baik. Karena rezeki yang tidak halal tidak akan membawa kebaikan sama sekali. Jika diberikan nafkah kepada keluarga dengan rezeki yang haram, hal itu tidak akan membawa keberkahan. Jika disedekahkan harta yang haram, tidak akan diterima sedekahnya oleh Allah SWT. Dan jika diwariskan kepada keturunannya, hal itu justru akan menambah siksa neraka.

Yang dimaksud dengan dengan rezeki yang halal bukan cuma halal dzatnya, melainkan juga halal dalam perolehan, penyimpanan dan pengembangannya. Halal secara dzatnya mungkin masih bisa dengan mudah kita jaga. Tapi ditengah arus globalisasi, cara perolehan rezeki yang halal menjadi semakin kabur. Untuk itu diperlukan pemahaman yang baik akan hal ini agar rezeki yang kita peroleh dengan kerja keras menjadi rezeki yang membawa keberkahan.



Dari keempat ciri tersebut, dapat disimpulkan secara sederhana. Bahwa keluarga yang sakinah, ditinjau dari aspek finansial, adalah keluarga yang kaya. Yaitu keluarga yang memiliki aset yang baik, dapat menjaga dan mengelola kekayaannya dengan amanah. Dan yang tidak kalah pentingnya, bahwa sumber kekayaannya tersebut hanya didapat dengan cara yang halal dan thayib.

Diposkan oleh Gozali
Label: Cashflow for Muslim

DIJUAL !! TANAH SAWAH DI DESA PUNTUK LOR BANJARPANJANG NGARIBOYO KAB. MAGETAN JAWA TIMUR

Utk lokasi bisa di klik disini..👇 https://maps.app.goo.gl/Ewvt4RjV5PLmYx2Q8  Dijual..!! Tanah sawah seluas 7500m2 SHM lokasi di Desa Ngarib...